Selasa, 03 Juli 2012

Arsitektur Tradisional Rumah Adat Kudus


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Allah yang telah melimpahkan segala anugerah-Nya kepada saya. Sehingga dapat menyusun makalah yang berjudul “Arsitektur Tradisional Rumah Adat Kudus”. Di sini saya membahas sejarah singkat ukiran adat Kudus, bentuk rumah adat Kudus, tata ruang dan nilai-nilai filosofinya.
Saya menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman saya tentang pembuatan makalah ini, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan.
Dengan segala kerendahan hati izinkan saya mengucapkan rasa terimakasih kepada:
1.         Ibu Ken Widyawati selaku dosen mata kuliah Folklor.
2.         Orang tua yang selalu mendukung dan memotivasi.
3.         Teman-teman serta semua pihak yang membantu.
Harapan saya, semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya menambah pengetahuan untuk membuka cakrawala berpikir kita tentang arsitektur tradisional.

Semarang, 20 Juni 2012



Penyusun        

DAFTAR ISI


                                                                                                                      Halaman
 HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
BAB I      PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang................................................................................ 1
D.        Manfaat Penulisan........................................................................... 2
BAB II    PEMBAHASAN
A.       Sejarah Ukiran Kudus...................................................................... 3
B.       Bentuk Rumah Adat Kudus ...................................................        3
D.       Nilai-Nilai Filosofis.......................................................................... 6
BAB III   PENUTUP
LAMPIRAN………...………………………………………………………..         9


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada arsitektur tradisional, pengaturan ruang dan bentuk sering berorientasi pada kaidah-kaidah yang dianggap suci. Upacara ritual selalu mengikuti proses pembangunan sejak awal pelaksanaan pembangunan.
Nilai Arsitektur Tradisional rumah Adat Kudus merupakan salah satu wujud dari kebudayaan daerah, yang sekaligus merupakan salah satu wujud dari bangunan atau gaya seni bangunan tradisional warisan nenek moyang masyarakat Kudus. Oleh karena itu sudah sepantasnya dipertahankan dan dilestarikan secara adat dan turun temurun.
Nilai kebudayaan tersebut pada prinsipnya  berupa bentuk bangunan, bahan struktur dan fungsi bangunan dengan macam ragam seni hias, motif dan cara pembuatannya.
Arsitektur Tradisional Rumah Adat Kudus yang akan saya ungkapkan ialah arsitektur yang masih tetap dipertahankan untuk melakukan aktifitas kehidupan masyarakat hingga saat ini.
Bila dilihat dari bentuk, tataruang, ragam hias, system ekonomi dan filsafat yang terkandung didalamnya, maka gay Arsitektur Tradisional Rumah Adat Kudus merupakan perpaduan antara kebudayaan Cina, Hindu dan Islam. Dengan demikian ketiga unsur pokok warisan budaya nenek moyang menyatu berwujud Rumah Adat Kudus yang anggun, gagah, dan kokoh.


B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sejarah tentang ukiran Kudus?
2.      Bagaimana tata ruang tentang rumah adat Kudus?
3.      Apa nilai-nilai filosofis rumah adat Kudus?
  
C.    Tujuan Penulisan
1.      Mengungkapkan sejarah dari ukiran Kudus.
2.      Mendeskripsikan tentang Arsitektur Tradisional Rumah Adat Kudus.
3.      Memberitahukan bahwa terdapat nilai-nilai filosofis dalam rumah adat Kudus.
4.      Menyebarluaskan wawasan kepada khalayak umum tentang informasi Arsitektur Tradisional Rumah Adat Kudus.

D.    Manfaat Penulisan
1.      Menambah ilmu pengetahuan, wawasan umum dan luas.
2.      Guna mempertahankan dan melestarikan kebudayaan Arsitektur Tradisional Rumah Adat Kudus.
3.      Dapat menjadi salah satu referensi bagi penulisan ataupun penelitian mengenai Arsitektur Tradisional Rumah Adat Kudus.
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Singkat Ukiran Kudus
            Seni ukir di Kudus mulai ketika seorang imigran dari Cina yaitu The Ling Sing tiba pada abad 15. Beliau datang ke Kudus tidak hanya menyebarkan ajaran Islam tetapi juga menekuni keahliannya dalam kesenian mengukir. Aliran kesenian ukir The Ling Sing adalah Sun Ging yang terkenal karena halus dan indahnya.
            Dari daerah Kudus inilah beliau banyak menerima murid yang mempelajari agama maupun seni ukir. Beliau wafat dan dimakamkan di Kudus.
Perbedaan ukiran di Kudus dan Jepara.
1.      Seni ukir di Kudus berkembang pada pembuatan rumah. Ukirannya halus dan indah, bunganya kecil-kecil dan bisa 2 atau 3 dimensi.
2.      Seni ukir di Jepara berkembang pada peralatan rumah tangga, misalnya almari, tempat tidur, kursi dan lain-lain. Bentuk ukirannya besar-besar.

Rumah Adat Kudus (Rumah Ukir) terdiri dari  beberapa motif ukiran yang dipengaruhi dari budaya Cina, Hindu, Islam dan Eropa. Motif dan gaya seni ukir tersebut adalah :
1.      Motif Cina, berupa ukiran naga yang terletak pada bangku kecil untuk masuk ruang dalam.
2.      Motif Hindu, digambarkan dalam bentuk padupan yang terdapat di gebyok (pembatas antara ruang Jogo Satru dan ruang dalam).
3.      Motif Persia/Islam, digambarkan dalam bentuk bunga, terdapat pada ruang Jogo Satru.
4.      Motif Eropa, digambarkan dalam bentuk mahkota yang terdapat diatas pintu masuk ke gedongan.

B.     Bentuk Rumah Adat Kudus
            Bentuk Rumah Adat Kudus adalah “Joglo-Pencu” yang berpenampilan perkasa serta anggun. Hal ini melambangkan bentuk fisik penghuninya yang tampan, gagah serta perkasa. Sedangkan penghuni rumah tersebut dilambangkan sebagai Sang Sukma, yang menyatu mengisi, merawat, memelihara serta menjaga rumahnya sendiri dengan sebaik-baiknya.
            Rumah Joglo pencu yang tampak menjulang tinggi menggapai langit, melambangkan tingginya kuasa Yang Maha Agung atas manusia. Oleh karena itu penghuninya harus selalu ingat serta taqwa terhadap Allah SWT demi keselamatan hidupnya di dunia dan akhirat.

*        Bagian Atas/Atap.
Atap rumah adat dibuat dari genteng. Sedangkan diatas genteng bertengger gendeng, yang pada umumnya kepala gendeng bermotif tumbuh-tumbuhan (salur-saluran) sebagai ciri budaya Islam.

Ada beberapa jenis gendeng yaitu :
a.       Gendeng Wedok (gelung cekak)
b.      Gendeng Gajah (gendeng pendamping dibubungan atap)
c.       Gendeng Raja (gendeng tengah pada bubungan atap)
Pada puncak atap bertengger gendeng raja dengan motif tumbuh-tumbuhan yang melambangkan bahwa manusia hidup wajjib berlindung dan memohon perlindungan kepada penguasa (di dunia) dan Allah SWT (di dunia dan akhirat).

*        Landasan Fisik
Fisik bangunan Rumah Adat Kudus berdiri di atas landasan/alas yang terdiri dari 5 (lima) trap diatas permukaan tanah, yaitu :
1.      Bancik kapisan (trap terbawah).
2.      Bancik kapindho (trap kedua dari bawah).
3.      Bancik ketelu (trap ketiga dari bawah).
4.      Jogan Jogosatru (trap lantai ruang depan).
5.      Jogan Lebet (trap lantai ruang dalam).
Kelima landasan berdirinya lantai rumah, mengarahkan kepada penghuninya agar taat melaksanakan 5 (lima) rukun Islam, demi kebahagiaan di dunia dan akhirat. 
C.    Tata Ruang
1.      Jogo satru, yaitu ruangan depan yang sekarang difungsikan sebagai ruang tamu. (Fungsi sebenarnya untuk mencegah dan menangkal satru/musuh yang datang sewaktu-waktu).
Di dalam ruangan Jogo satru terdapat satu tiang yang disebut Soko Geder. Hal ini melambangkan Allah itu tunggal dan mengingatkan kepada penghuninya agar selalu iman dan taqwa kepada Allah SWT.
2.      Ruang dalam (inti) berfungsi sebagai kamar-kamar dan gedongan(kamar utama) yang digunakan untuk menyimpan  benda-benda pusaka, kekayaan dan sebagai kamar tidur kepala keluarga.
Di ruang dalam ini terdapat kerangka bangunan yang disangga/ditumpu kokoh oleh 4 buah sokoguru yang melambangkan “Napsu Patang Prakoro” atau 4 jenis nafsu manusia yaitu amarah, luamah, sufiah dan mutmainnah.
Hal ini mengandung pengertian bahwa penghuninya harus mampu menguasai dan mengendalikan hawa nafsu tersebut.

      Pangeret Tumpang Songo.
      Diatas keempat soko guru tersebut terdapat Pangeret Tumpang Songo (kamuncak berlapis sembilan) yang semakin keatas semakin mengecil. Selain itu ada yang berpangeret tumpang pitu (tujuh) tumpang lima dan tumpang telu (tiga) tergantung dengan kemampuan dan kekuatan sosial ekonomi pemiliknya.
      Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam jumlah pangeret tersebut adalah :
a.       Pangeret Tumpang Songo, melambangkan bahwa di tanah Jawa ada Walisongo perlu dijadikan suri tauladan.
b.      Pangeret Tumpang Pitu, melambangkan bahwa kelahiran manusia di dunia itu tidak sendirian, tetapi bersama kadang pitu yaitu : Mar, Marti, kakang kawah, adi ari-ari, getih, puser dan pancer sukma.
Hal ini diharapkan pemilik rumah mampu menyatukan diri dengan semua kadang pitu guna mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
c.       Pangeret Tumpang Lima, melambangkan 5 kali solat dalam sehari semalam yang merupakan bagian dari 5 rukun islam.
d.      Pangeret Tumpang Telu, berarti setiap manusia wajib memahami bahwa dirinya adalah titah sawantah yang mengalami 3 kehidupan, yaitu :
1.      Kehidupan di alam arwah/insane hamil.
2.      Kehidupan di alam dunia fana.
3.      Kehidupan di alam akhirat.
Oleh karena itu diharapkan penghuni rumah dapat membekali dirinya agar kehidupannya di alam akhirat nanti mendapatkan kebahagiaan disisi Allah SWT.

3.      Pawon (ruang keluarga), digunakan untuk aktifitas keluarga. Misalnya : ruang makan, ruang bermain anak-anak, dan dapur.

D.    Nilai-Nilai Filosofis
            Filsafat hidup manusia dalam rumah adat Kudus mencerminkan betapa dalamnya ilmu, budi luhur nenek moyang kita yang diwariskan dalam bentuk perlambang/sandi dalam bangunan yang dihuninya.
            Sebagai kelengkapan pembakuan gaya arsitektur tradisional rumah adat Kudus ini, perlu sedikit adanya ungkapan nilai-nilai filsafat yang terkandung di dalamnya, yaitu :
1.      Pakawin
      Yang dimaksud dengan pakawin yaitu tempat untuk membersihkan diri baik fisik maupun rohani. Pakawin tersebut berupa sumur, kamar mandi dan padasan (tempat wudlu). Biasanya Pakawin terletak di depan rumah sebelah kiri sejajar dengan pawon.Ini diharapkan agar tiaporang yang datang dari bepergian supaya membersihkan kaki dan tangan terlebih dahulu di kamar mandi tersebut sebelum memasuki rumah.
      Di sekeliling Pakawinan biasanya ditanami berbagai tumbuh-tumbuhan sebagai perlambang kepada manusa, antara lain :
a.       Pohon belimbing : Melambangkan 5 rukun Islam seperti jumlah linger buah belimbing
b.      Pohon puring : Jadilah manusia agar tidak menjadi gampang sudah menghadapi kesulitan.
c.       Pohon andhong : Manusia supaya pandai-pandai tanggap situasi guna memperoleh kebahagiaan.
d.      Pohon pandan wangi : Melambangkan rezeqi yang harum seharum pandan yang banyak manfaatnya.
e.       Pohon kembang melati : Melambangkan keharuman serta kesucian abadi, artinya diharapkan para penghuni rumah menjadi manusia yang berakhlaq baik dan berbudi luhur.

2.      Menghadap ke arah Selatan
      Pada umunya Rumah Adat Kudus selalu menghadap kea rah selatan, karena :
a.       Sinar matahari pagi lebih baik bisa masuk ke dalam rumah, sehingga kesehatan penghuninya dapat lebih terjamin.
b.      Bila musim kemarau tritisan depan rumah tidak langsung kena sinar matahari sehingga tetap lindung (adhem).
c.       Supaya penghuninys berumur panjang dan murah rezeqi.
d.      Nenek moyang kita tetap berpegang kepada filsafat yang mengharuskan berumah tinggal yang :
§  Membelakangi gunung.
§  Dikelilingi persawan/perkebunan.
§  Menghadap samudra.

3.      Upacara adat dan tradisional dalam rangka mendirikan rumah adat
a.       Upacara selamatan Bukak Tebleg, yaitu sesaat sebelum penggalian pandemen rumah yang akan dibangun guna keselamatan pemilik.
b.      Upacara ulih-ulihan, yaitu selamatan dan tasyakuran setelah rumah sudah jadi dan siap dihuni, dengan mengundang masyarakat setempat, maka diharapkan keakraban bermasyarakat di tempat baru akan lestari.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.      Mootif-motif ukiran Rumah Adat Kudus terdiri dari  beberapa motif ukiran yang dipengaruhi dari budaya Cina, Hindu, Islam dan Eropa.
2.      Bentuk Rumah Adat Kudus adalah “Joglo-Pencu” yang berpenampilan perkasa serta anggun.
3.      Tata ruang rumah adat Kudus tampak sederhana, dan terdiri beberapa ruangan, yaitu : Jogo satru, ruang dalam (inti), dan pawon.
4.      Nilai-nilai filsafat yang terkandung di dalam arsitektur tradisional rumah adat Kudus, yaitu : pakawin, menghadap ke selatan dan upacara adat tradisional dalam rangka mendirikan rumah adat.

B.     Saran
     Saya menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak menemui kesulitan, oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik agar saya dapat menyempurnakan makalah ini.

Selasa, 05 Juni 2012

Pantai Bandengan

Suasana sore, angin meniupkan udara dengan lembut. Ombak berdebur kesana kemari. Awan mendung mulai menutup sang surya. Pengunjung pantai mulai bergegas mandi. Terburu-buru seolah ada yang mengejar.
Hamparan pasir kecoklatan bercampur pecahan karang. Lautan biru kehijauan semakin deras bisikannya. Buih-buihnya berlarian menepi.
"Ayo segera beralih", ujar kawanku. Sadullah, kawan kami yang hanya dia satu-satu cowok.