KATA
PENGANTAR
Puji
syukur atas rahmat Allah yang telah melimpahkan segala anugerah-Nya kepada
saya. Sehingga dapat menyusun makalah yang berjudul “Arsitektur Tradisional
Rumah Adat Kudus”. Di sini saya membahas sejarah singkat ukiran adat Kudus,
bentuk rumah adat Kudus, tata ruang dan nilai-nilai filosofinya.
Saya menyadari bahwa
keterbatasan pengetahuan dan pemahaman saya tentang pembuatan makalah ini, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
saya harapkan.
Dengan
segala kerendahan hati izinkan saya mengucapkan rasa terimakasih kepada:
1.
Ibu Ken Widyawati
selaku dosen mata kuliah Folklor.
2.
Orang tua yang selalu mendukung dan memotivasi.
3.
Teman-teman serta
semua pihak yang membantu.
Harapan saya, semoga makalah ini
membawa manfaat bagi kita, setidaknya menambah pengetahuan untuk membuka
cakrawala berpikir kita tentang arsitektur tradisional.
Semarang, 20 Juni 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang................................................................................ 1
D.
Manfaat Penulisan........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Ukiran Kudus...................................................................... 3
B. Bentuk Rumah Adat Kudus ................................................... 3
D. Nilai-Nilai Filosofis.......................................................................... 6
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan.............................................................................. ....... 8
B.
Saran........................................................................................ ....... 8
LAMPIRAN………...……………………………………………………….. 9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pada
arsitektur tradisional, pengaturan ruang dan bentuk sering berorientasi pada
kaidah-kaidah yang dianggap suci. Upacara ritual selalu mengikuti proses
pembangunan sejak awal pelaksanaan pembangunan.
Nilai
Arsitektur Tradisional rumah Adat Kudus merupakan salah satu wujud dari
kebudayaan daerah, yang sekaligus merupakan salah satu wujud dari bangunan atau
gaya seni bangunan tradisional warisan nenek moyang masyarakat Kudus. Oleh
karena itu sudah sepantasnya dipertahankan dan dilestarikan secara adat dan
turun temurun.
Nilai
kebudayaan tersebut pada prinsipnya
berupa bentuk bangunan, bahan struktur dan fungsi bangunan dengan macam
ragam seni hias, motif dan cara pembuatannya.
Arsitektur
Tradisional Rumah Adat Kudus yang akan saya ungkapkan ialah arsitektur yang
masih tetap dipertahankan untuk melakukan aktifitas kehidupan masyarakat hingga
saat ini.
Bila
dilihat dari bentuk, tataruang, ragam hias, system ekonomi dan filsafat yang
terkandung didalamnya, maka gay Arsitektur Tradisional Rumah Adat Kudus
merupakan perpaduan antara kebudayaan Cina, Hindu dan Islam. Dengan demikian
ketiga unsur pokok warisan budaya nenek moyang menyatu berwujud Rumah Adat
Kudus yang anggun, gagah, dan kokoh.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
sejarah tentang ukiran Kudus?
2.
Bagaimana tata
ruang tentang rumah adat Kudus?
3.
Apa nilai-nilai
filosofis rumah adat Kudus?
C.
Tujuan
Penulisan
1.
Mengungkapkan sejarah
dari ukiran Kudus.
2.
Mendeskripsikan
tentang Arsitektur Tradisional Rumah Adat Kudus.
3.
Memberitahukan
bahwa terdapat nilai-nilai filosofis dalam rumah adat Kudus.
4.
Menyebarluaskan
wawasan kepada khalayak umum tentang informasi Arsitektur Tradisional Rumah Adat
Kudus.
D.
Manfaat
Penulisan
1.
Menambah ilmu pengetahuan, wawasan umum
dan luas.
2.
Guna mempertahankan dan melestarikan
kebudayaan Arsitektur Tradisional Rumah Adat Kudus.
3.
Dapat menjadi salah satu referensi bagi
penulisan ataupun penelitian mengenai Arsitektur Tradisional Rumah Adat Kudus.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Singkat Ukiran Kudus
Seni
ukir di Kudus mulai ketika seorang imigran dari Cina yaitu The Ling Sing tiba
pada abad 15. Beliau datang ke Kudus tidak hanya menyebarkan ajaran Islam
tetapi juga menekuni keahliannya dalam kesenian mengukir. Aliran kesenian ukir
The Ling Sing adalah Sun Ging yang terkenal karena halus dan indahnya.
Dari
daerah Kudus inilah beliau banyak menerima murid yang mempelajari agama maupun
seni ukir. Beliau wafat dan dimakamkan di Kudus.
Perbedaan ukiran di Kudus dan Jepara.
1.
Seni ukir di Kudus berkembang pada
pembuatan rumah. Ukirannya halus dan indah, bunganya kecil-kecil dan bisa 2
atau 3 dimensi.
2.
Seni ukir di Jepara berkembang pada
peralatan rumah tangga, misalnya almari, tempat tidur, kursi dan lain-lain.
Bentuk ukirannya besar-besar.
Rumah
Adat Kudus (Rumah Ukir) terdiri dari
beberapa motif ukiran yang dipengaruhi dari budaya Cina, Hindu, Islam
dan Eropa. Motif dan gaya seni
ukir tersebut adalah :
1. Motif
Cina, berupa ukiran naga yang terletak pada bangku kecil untuk masuk ruang
dalam.
2.
Motif Hindu, digambarkan dalam bentuk
padupan yang terdapat di gebyok (pembatas antara ruang Jogo Satru dan ruang
dalam).
3.
Motif Persia/Islam, digambarkan dalam
bentuk bunga, terdapat pada ruang Jogo Satru.
4.
Motif Eropa, digambarkan dalam bentuk
mahkota yang terdapat diatas pintu masuk ke gedongan.
B. Bentuk
Rumah Adat Kudus
Bentuk
Rumah Adat Kudus adalah “Joglo-Pencu” yang berpenampilan perkasa serta anggun. Hal
ini melambangkan bentuk fisik penghuninya yang tampan, gagah serta perkasa.
Sedangkan penghuni rumah tersebut dilambangkan sebagai Sang Sukma, yang menyatu
mengisi, merawat, memelihara serta menjaga rumahnya sendiri dengan sebaik-baiknya.
Rumah
Joglo pencu yang tampak menjulang tinggi menggapai langit, melambangkan
tingginya kuasa Yang Maha Agung atas manusia. Oleh karena itu penghuninya harus
selalu ingat serta taqwa terhadap Allah SWT demi keselamatan hidupnya di dunia
dan akhirat.
Bagian Atas/Atap.
Atap rumah adat
dibuat dari genteng. Sedangkan diatas genteng bertengger gendeng, yang pada
umumnya kepala gendeng bermotif tumbuh-tumbuhan (salur-saluran) sebagai ciri
budaya Islam.
Ada beberapa
jenis gendeng yaitu :
a.
Gendeng Wedok (gelung cekak)
b.
Gendeng Gajah (gendeng pendamping
dibubungan atap)
c. Gendeng
Raja (gendeng tengah pada bubungan atap)
Pada puncak atap bertengger gendeng raja dengan
motif tumbuh-tumbuhan yang melambangkan bahwa manusia hidup wajjib berlindung
dan memohon perlindungan kepada penguasa (di dunia) dan Allah SWT (di dunia dan
akhirat).
Landasan Fisik
Fisik bangunan
Rumah Adat Kudus berdiri di atas landasan/alas yang terdiri dari 5 (lima) trap
diatas permukaan tanah, yaitu :
1.
Bancik kapisan (trap terbawah).
2.
Bancik kapindho (trap kedua dari bawah).
3.
Bancik ketelu (trap ketiga dari bawah).
4.
Jogan Jogosatru (trap lantai ruang
depan).
5. Jogan
Lebet (trap lantai ruang dalam).
Kelima landasan berdirinya lantai rumah, mengarahkan
kepada penghuninya agar taat melaksanakan 5 (lima) rukun Islam, demi
kebahagiaan di dunia dan akhirat.
C. Tata
Ruang
1.
Jogo satru, yaitu ruangan depan yang
sekarang difungsikan sebagai ruang tamu. (Fungsi sebenarnya untuk mencegah dan
menangkal satru/musuh yang datang sewaktu-waktu).
Di dalam ruangan
Jogo satru terdapat satu tiang yang disebut Soko Geder. Hal ini melambangkan
Allah itu tunggal dan mengingatkan kepada penghuninya agar selalu iman dan
taqwa kepada Allah SWT.
2.
Ruang dalam (inti) berfungsi sebagai
kamar-kamar dan gedongan(kamar utama) yang digunakan untuk menyimpan benda-benda pusaka, kekayaan dan sebagai
kamar tidur kepala keluarga.
Di ruang dalam
ini terdapat kerangka bangunan yang disangga/ditumpu kokoh oleh 4 buah sokoguru
yang melambangkan “Napsu Patang Prakoro” atau 4 jenis nafsu manusia yaitu
amarah, luamah, sufiah dan mutmainnah.
Hal ini mengandung
pengertian bahwa penghuninya harus mampu menguasai dan mengendalikan hawa nafsu
tersebut.
Pangeret Tumpang Songo.
Diatas keempat soko guru tersebut terdapat
Pangeret Tumpang Songo (kamuncak berlapis sembilan) yang semakin keatas semakin
mengecil. Selain itu ada yang berpangeret tumpang pitu (tujuh) tumpang lima dan
tumpang telu (tiga) tergantung dengan kemampuan dan kekuatan sosial ekonomi
pemiliknya.
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam
jumlah pangeret tersebut adalah :
a.
Pangeret Tumpang Songo, melambangkan
bahwa di tanah Jawa ada Walisongo perlu dijadikan suri tauladan.
b.
Pangeret Tumpang Pitu, melambangkan
bahwa kelahiran manusia di dunia itu tidak sendirian, tetapi bersama kadang
pitu yaitu : Mar, Marti, kakang kawah, adi ari-ari, getih, puser dan pancer
sukma.
Hal ini
diharapkan pemilik rumah mampu menyatukan diri dengan semua kadang pitu guna
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
c.
Pangeret Tumpang Lima, melambangkan 5
kali solat dalam sehari semalam yang merupakan bagian dari 5 rukun islam.
d.
Pangeret Tumpang Telu, berarti setiap
manusia wajib memahami bahwa dirinya adalah titah sawantah yang mengalami 3
kehidupan, yaitu :
1.
Kehidupan di alam arwah/insane hamil.
2.
Kehidupan di alam dunia fana.
3.
Kehidupan di alam akhirat.
Oleh karena itu diharapkan penghuni rumah dapat
membekali dirinya agar kehidupannya di alam akhirat nanti mendapatkan
kebahagiaan disisi Allah SWT.
3. Pawon
(ruang keluarga), digunakan untuk aktifitas keluarga. Misalnya : ruang makan,
ruang bermain anak-anak, dan dapur.
D. Nilai-Nilai
Filosofis
Filsafat
hidup manusia dalam rumah adat Kudus mencerminkan betapa dalamnya ilmu, budi
luhur nenek moyang kita yang diwariskan dalam bentuk perlambang/sandi dalam
bangunan yang dihuninya.
Sebagai
kelengkapan pembakuan gaya arsitektur tradisional rumah adat Kudus ini, perlu
sedikit adanya ungkapan nilai-nilai filsafat yang terkandung di
dalamnya, yaitu :
1.
Pakawin
Yang dimaksud dengan pakawin yaitu tempat
untuk membersihkan diri baik fisik maupun rohani. Pakawin tersebut berupa
sumur, kamar mandi dan padasan (tempat wudlu). Biasanya Pakawin terletak di
depan rumah sebelah kiri sejajar dengan pawon.Ini diharapkan agar tiaporang
yang datang dari bepergian supaya membersihkan kaki dan tangan terlebih dahulu
di kamar mandi tersebut sebelum memasuki rumah.
Di sekeliling Pakawinan biasanya ditanami
berbagai tumbuh-tumbuhan sebagai perlambang kepada manusa, antara lain :
a.
Pohon belimbing : Melambangkan 5 rukun
Islam seperti jumlah linger buah belimbing
b.
Pohon puring : Jadilah manusia agar
tidak menjadi gampang sudah menghadapi kesulitan.
c.
Pohon andhong : Manusia supaya pandai-pandai
tanggap situasi guna memperoleh kebahagiaan.
d.
Pohon pandan wangi : Melambangkan rezeqi
yang harum seharum pandan yang banyak manfaatnya.
e.
Pohon kembang melati : Melambangkan
keharuman serta kesucian abadi, artinya diharapkan para penghuni rumah menjadi
manusia yang berakhlaq baik dan berbudi luhur.
2.
Menghadap ke arah Selatan
Pada umunya Rumah Adat Kudus selalu
menghadap kea rah selatan, karena :
a.
Sinar matahari pagi lebih baik bisa
masuk ke dalam rumah, sehingga kesehatan penghuninya dapat lebih terjamin.
b.
Bila musim kemarau tritisan depan rumah
tidak langsung kena sinar matahari sehingga tetap lindung (adhem).
c.
Supaya penghuninys berumur panjang dan
murah rezeqi.
d.
Nenek moyang kita tetap berpegang kepada
filsafat yang mengharuskan berumah tinggal yang :
§
Membelakangi gunung.
§
Dikelilingi persawan/perkebunan.
§
Menghadap samudra.
3.
Upacara adat dan tradisional dalam
rangka mendirikan rumah adat
a.
Upacara selamatan Bukak Tebleg, yaitu
sesaat sebelum penggalian pandemen rumah yang akan dibangun guna keselamatan
pemilik.
b. Upacara
ulih-ulihan, yaitu selamatan dan tasyakuran setelah rumah sudah jadi dan siap
dihuni, dengan mengundang masyarakat setempat, maka diharapkan keakraban
bermasyarakat di tempat baru akan lestari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mootif-motif
ukiran Rumah Adat Kudus terdiri dari
beberapa motif ukiran yang dipengaruhi dari budaya Cina, Hindu, Islam
dan Eropa.
2. Bentuk
Rumah Adat Kudus adalah “Joglo-Pencu” yang berpenampilan perkasa serta anggun.
3.
Tata ruang rumah adat Kudus tampak sederhana,
dan terdiri beberapa ruangan, yaitu : Jogo satru, ruang dalam (inti), dan
pawon.
4.
Nilai-nilai filsafat yang terkandung di
dalam arsitektur tradisional rumah adat Kudus, yaitu : pakawin, menghadap ke
selatan dan upacara adat tradisional dalam rangka mendirikan rumah adat.
B. Saran
Saya menyadari bahwa dalam pembuatan
makalah ini banyak menemui kesulitan, oleh karena itu saya mengharapkan saran
dan kritik agar saya dapat menyempurnakan makalah ini.